Recent Posts

    Di Balik Layar Pembuatan Anime


    Haiiiii teman-teman pembaca di manapun kalian berada. Apa kabar? Sehat 'kan? Semoga diberikan kesehatan dan semangat selalu untuk belajar menggambar ya. Kali ini mimin mau membagikan sebuah cerita yang dialami para pekerja di balik layar anime-anime di Jepang, yang ternyata memiliki kisah dedikasi kerja yang sangat memilukan. Apa saja hal-hal tersebut, mari kita bahas.

    Anime merupakan salah satu hasil produksi terbesar yang dihasilkan oleh negara Jepang. Saking banyaknya, mungkin kalau dimisalkan itu seperti sinetron dan FTV di Indonesia, banyak dan berganti terus. Nah pergantian anime di Jepang dibagi per musim tayangnya (menyesuaikan musim di dunia nyata). Setiap musim sendiri ada belasan anime yang akan ditayangkan di TV Jepang. Bisa dibayangkan ya industri per"anime"an di Jepang seramai apa.

    Dengan banyaknya anime yang diproduksi dan ditayangkan membuat agensi-agensi anime terkadang kelabakan membuatnya. Tak khayal para pekerja yang terlibat dalam pembuatan anime tersebut harus bekerja ekstra untuk membuat satu season tiap musimnya. Apalagi jam tayang animenya yang setiap satu minggu sekali menayangkan satu episode membuat para pekerja bahkan sampai lembur dan tidak pulang ke rumah mereka hanya untuk menyelesaikan deadline tersebut dengan tetap memperhatikan kualitas anime yang dihasilkan mereka.

    How to make an anime

    Apakah dari kalian ada yang pernah mencoba membuat suatu animasi 2D setara anime? Pasti untuk membuat beberapa menit saja kalian membutuhkan waktu sampai berminggu-minggu, apalagi dengan para animator Jepang yang harus membuat anime per episodenya sekitar 24 menit (rata-rata) dengan menjaga kualitas anime serta bersaing di pasar anime Jepang yang sangat ketat? pasti akan sangat menguras waktu dan tenaga ya.

    Jangan mengira bahwa pembuatan anime itu menyenangkan dan penuh dengan atmosfer enak. Saya katakan dengan tegas "TIDAK". Bahkan berita tentang pekerja yang terobsesi dengan pekerjaannya (sampai menginap dan "hidup" di kantornya), salah satu animator suatu anime hiatus karena jatuh sakit, bahkan sampai bunuh diri juga sering tersebar di media-media Jepang. Hal itu tidak lain karena pekerjaan yang berlebihan dan jam kerja yang tidak wajar dan berkesan dipaksakan

    Nah apa saja sih yang para pekerja di balik layar pembuatan Anime alami di tempat kerja? Berikut mimin mau berbagi beberapa di antaranya yang mimin dapatkan dari website malesbanget.


    Jam Kerja yang Tidak Wajar

    How to make an anime

    Meskipun dikerjakan oleh banyak tangan, satu episode anime saja bisa memakan waktu sampai berhari-hari. Standar pekerja yang bekerja di industri peranimean ini adalah 12 sampai 14 jam per hari. Namun kenyataannya, banyak sekali yang terpaksa melakukan lembur dengan jam kerja yang melebihi standar tersebut untuk mengejar deadline penayangan satu episode yang sudah ditargetkan. Hal ini bahkan bisa berlaku dua kali lipat jika suatu anime masuk dalam suatu klimaks (misalkan seperti anime action yang membutuhkan adegan perang yang bagus, keren, dan dinamis). Semua itu pun tidak terlepas dari menjaga kualitas anime dan juga bisa mencapai target tiap episode nya di setiap season.


    Gaji Rendah yang Mau Tidak Mau harus Diterima

    How to make an anime

    Ketika kalian membayangkan kalau pekerja di industri anime bakal memiliki kekayaan karena animenya sangat terkenal di seluruh dunia, kalian akan sedikit mengeryitkan dahi kalian karena faktanya tidak semuanya seperti itu. Seperti yang kita tahu, industri anime di Jepang kebanyakan berada dan berpusat di pusat-pusat kota besar di Jepang. Sedangkan di kota-kota besar pasti biaya hidupnya juga lumayan mahal ya. Menurut informasi, biaya hidup di Tokyo (misalnya) sendiri bisa mencapai 1.500.000 yen per tahun, sedangkan gaji karyawan di industri anime hanya sekitar 120.000 per bulan (bisa dibilang bahkan itu di bawah UMR nya sana) atau jika dalam skala satu tahun kurang lebih hanya menghasilkan 1.440.000 yen saja. Belum cukup untuk membiayai hidup di sana ya, harus rela hidup ala ala anak kos kalau begitu mah.


    Tempat Kerjanya Sempit dan Tidak Ideal untuk Pekerjanya

    How to make an anime

    Banyak sekali yang seperti ini. Untuk setiap pekerjanya hanya disediakan bilik kecil di kantor tersebut. Kebanyakan malah tidak memiliki gedung kantor secara utuh atau hanya menggunakan satu ruangan di suatu lantai. Mirisnya lagi ada juga yang bahkan menyewakan sebuah ruangan apartment untuk bekerja. Sangat berbanding terbalik dengan anime-anime yang mereka kerjakan ya. Memang sih dengan ruangan atau keterbatasan-keterbatasan tersebut mereka masih bisa menjaga kualitas anime yang mereka produksi itu sangatlah profesional dan keren, tetapi apakah para pekerjanya tidak bisa memiliki fasilitas kerja yang lebih layak ya? Hmmmm


    Kebanyakan Pekerjanya adalah Freelancer, Kok Bisa? 

    How to make an anime

    Kenapa bisa begitu? Memang kenyataannya seperti itu lho teman-teman. Studio besar atau kecil, banyak yang memilih untuk banyak mempekerjakan pekerja freelance karena biayanya yang "lebih murah" dari pekerja tetap. Mereka bisa dibayar per episode, per gambar, maupun per scene dari suatu anime tergantung kesepakatan dengan atasannya tentu saja. Tujuan utama ya untuk menghemat pengeluaran biaya produksi. Dengan gaji yang lebih kecil (jika diakumulasi perbulan) tentu saja mereka harus memutar otak agar bisa menghidupi kesehariannya, maka tidak jarang pula ada ilustrator atau pekerja yang mengerjakan beberapa anime di studio anime yang berbeda pula.


    Manusia bak Robot Hidup

    How to make an anime

    Dengan jam kerja yang begitu padat dan deadline yang mencekik, banyak dari pekerja tidak terlalu memusingkan gangguan dan masalah dari luar. Bagi mereka itu akan membuang-buang waktu saja sehingga sangat sayang sekali jika hanya dipakai untuk mempermasalahkan hal yang tidak penting. Itulah mengapa kebanyakan dari mereka memilih diam dan tidak komplain ke atasan jika ada masalah selama itu tidak mengganggu pekerjaan mereka secara langsung. Bahkan fakta mirisnya adalah ada beberapa yang cenderung anti-sosial karena beberapa dari mereka dulunya juga pencinta anime dan pendiam sehingga sifat tersebut terbawa sampai ke pekerjaan. Tentu saja dengan deadline yang sangat padat mereka jadi jarang meluangkan waktu untuk beristirahat bahkan liburan, seolah-olah mereka diprogram hanya untuk bekerja-dan bekerja.


    Seringkali Keuntungan dari Kepopuleran Anime Tidak Masuk Ke Perusahaannya Langsung

    How to make an anime

    Lah? Kok bisa begitu ya? Padahal animenya populer dan banyak merchandise yang sukses di pasaran. Ini salah satu fakta miris yang cukup mencengangkan. Biasanya bisnis merchandise yang biasanya memiliki andil paling besar dalam menghasilkan keuntungan tentang anime tersebut tidak dikerjakan oleh perusahaan yang sama dengan kata lain dikerjakan oleh franchise di perusahaan lain. Jadi keuntungan tidak masuk ke perusahaan anime yang berkaitan atau tidak ada kredit ke animenya sendiri. Begitupun dengan penyiaran yang kebanyakan keuntungannya masuk ke Televisi yang menyiarkan. Dengan kata lain, para perusahaan atau studio anime jarang yang mengurus mengenai hak cipta (yang biasanya cukup merepotkan) yang seharusnya bisa melindungi hasil karya mereka dari keuntungan -keuntungan "kecolongan" oleh perusahaan lain dan merelakan keuntungan tersebut jatuh ke tangan franchise seutuhnya. Kasihan banget ya...


    Sekian dulu postingan mimin kali ini yang membahas tentang mirisnya pekerjaan di balik layar pembuatan anime. Nah untuk kalian teman-teman para pecinta anime, jika kita belum bisa menghargai kerja keras mereka yang bekerja di balik layar pembuatan anime, setidaknya jangan menjelek-jelekkan anime yang telah mereka hasilkan dari kerja keras mereka. Yaaa karena kalian sekarang sudah tahu sendiri bagaimana beratnya bekerja sebagai animator.

    Terima kasih atas perhatian kalian dan sampai jumpa lagi lain waktu di postingan mimin lainnya.

    Belum ada Komentar untuk "Di Balik Layar Pembuatan Anime"

    Posting Komentar

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel